Travelling
berjalan selama sekitar sebulan, tetapi dalam seminggu hanya sekali travelling. Jadi selama sebulan,
kami mengadakan travelling selama 4 kali. Tujuan travelling
kami berada
di 4 kabupaten. Dua di antaranya di Jogja, satu di Magelang, dan Temanggung. Awalnya kami merencanakan hanya berada di
provinsi Jogjakarta dan Magelang saja, akan tetapi karena sudah sering dikunjungi akhirnya kami ganti
kabupaten Gunung Kidul menjadi Temanggung. Alasan kami memilih Temanggung
adalah selain lebih dekat dari Gunung Kidul, juga karena saat
ini gelombang ombak di pantai selatan sedang tinggi. Ada satu hal lagi yang
menjadi alasan, yaitu karena neneknya Anggun tinggal di Temanggung jadi kami
dapat bertanya jalan dan keadaannya. Travelling ini kami lakukan untuk mengisi
liburan semester yang
cukup panjang dan jika hanya di rumah saja itu hanya akan menimbulkan emosi yang luar biasa dan terasa sangat membosankan.
Pada
hari Jumat 15 Juli 2016, kami merencanakan memulai kegiatan travelling kami.
Kami memulai dari daerah kami sendiri, yaitu Magelang. Tujuan dari petualangan
kami kali ini adalah Gereja Ayam dan Punthuk Mongkrong yang berada di kecamatan
Borobudur. Setelah perencanaan yang matang, akhirnya kami berangkat dari rumah
sekitar pukul 09.00. Ini sedikit molor karena rencana
awal pukul 08.00 agar tidak terlalu panas saat
sampai di lokasi. Perjalanan kami mulai dengan menggunakan sepeda motor. Karena
lokasinya berada di sekitar Candi Borobudur maka kami tidak menggunakan GPS
sampai Candi Borobudur karena sudah tau rute perjalannya. Kami mulai menggunakan
GPS ketika sudah sampai di dekat Candi Borobudur ketika membeli minum sembari
mencari lokasi melalui GPS. Travelling menggunakan GPS bukan hal baru bagi kami. Kami sering
mengandalkan GPS dalam beberapa petualangan kami. Diantaranya ke Dieng, Kulon
Progo, Gunung Kidul, dan daerah lainnya. Meskipun sering mengalami peristiwa
yang kurang mengenakan dengan GPS, tetapi jika tidak menggunakannya mungkin juga lebih
kesulitan. Setelah kami menyetting GPS, terdapat dua jalur piihan untuk sampai di Gereja
Ayam. Rute yang disediakan adalah melalui jalan Badrawati dan jalan Medang
Kamulan. Kemudian memilih rute melewati jalan Badrawati karena lebih dekat juga
dengan Punthuk Mongkrong, maka kami segera melanjutkan perjalanan. Di pertigaan
tepat depan candi Borobudur kami belok kekiri, dan melalui jalan Badrawati.
Kami menyusuri jalan Badrawati sampai perempatan kedua kemudian belok kanan,
dan menyusuri jalan tersebut sampai menemukan petunjuk jalan menuju punthuk
setumbu. Sampai di pertigaan terakhir terdapat petunjuk jalan yang kurang
jelas, seharusnya kami belok kanan dan sampai di parkiran motor tetapi kami
belok ke kiri dan menuju jalur ke punthuk setumbu. Sebelumya kami juga masuk ke
halaman rumah orang karena petunjuk jalan yang sangat tidak jelas. Karena
kurang meyakinkan kami memutuskan untuk bertanya dan ternyata pertigaan tadi
belok ke kanan dan sampai di parkiran. Sebenarnya jalur yang kami lalui
bukanlah jalur utama, jalur ini mungkin dibuat karena jalur utama yang sudah
ramai saat musim liburan. Sesampai di parkiran sempat tukang parkir menegur
dengan candaan karena masuk di halaman rumah orang yang ternyata kelihatan dari
parkiran tersebut. Kami semakin yakin jika ini bukan jalur utama karena di
jalan yang kami lalui cenderung sepi dan hanya bertemu penduduk setempat. Kami
melewati jembatan bambu yg cukup tinggi dan tidak sempat kami abadikan melalui
foto. Di jembatan tersebut juga terdapat sebuah kotak yang digunakan untuk dana
sukarela. Jalan yang kami lalui berupa tanah liat yang jika kehujanan maka akan
sangat licin. Beruntung hari tersebut tidak turun hujan. Setelah berjalan
sekitar 500
meter kami sampai di loket tiket masuk. Tarif untuk masuk ke Gereja Ayam adalah
10.000 rupiah. Setelah tiket masuk kami masih harus berjalan cenderung mendaki
sejauh 100 meter. Terdapat juga angkutan berupa
mobil jeep untuk naik dan turun jalan ini. Kami sempat berpikir ini bukan jalan
yang dilalui rangga dalam AADC 2, karena tidak ada dalam filmnya. Sampai di Gereja
Ayam juga kami tidak berpikir rangga dan cinta sempat kesini karena di filmnya
juga tidak ada. Sebelum masuk kami sempat berfoto di depan Gereja Ayam, yang
sebenarnya bukan gereja melainkan tempat doa. Dan sebenarnya bentuknya juga
bukan ayam melainkan merpati. Untuk informasi lengkap bisa di search sendiri.
Setelah berfoto kami masuk ke dalam bangunan tersebut. Hal pertama yang kami
jumpai adalah Gereja Ayam ini sedang mengalami proses renovasi untuk
ruang-ruang doa. Di jalan menuju puncak kami melalui beberapa tempat doa yang
susunannya menyerupai labirin sehingga kami harus bertanya pada pekerja yang
sedang bekerja. Setelah melalui labirin doa sampailah kami di ruang tengah yang
menyerupai aula. Kemudian kami menaiki tangga untuk menuju ke tingkat paling
atas yaitu di mahkota merpati. Sesampai di bagian mulut merpati kami harus
menunggu untuk mengantri beberapa saat untuk naik ke bagian mahkota. Tangga
menuju mahkota berupa tangga melingkar yang sangat sempit jadi harus
berhati-hati agar kepala tidak terbentur. Sesampainya diatas kami terpukau
dengan keindahan alam yang disajikan. Terlihat Candi Borobudur yang megah di
kejauhan. Hamparan pepohonan di Bukit Menoreh yang mengelilingi kami. Serta
terlihat punthuk setumbu yang konon salah tempat melihat golden sunrise di
Indonesia. Meskipun cuaca sangat panas tapi kami cukup menikmati keindahan alam
di sekitar Gereja Ayam. Hal yang membuat sedikit kehlangan mood adalah adanya
pengunjung yang tidak mengantri saat ingin ke bagian mahkota sehingga di
mahkota sempat berdesak-desakan. Setelah cukup puas di Gereja Ayam kami
berencana melanjutkan perjalanan ke Punthuk Mongkrong. Kami kembali menyusuri
jalan ke parkiran dan tidak lupa memberikan dana sukarela untuk jembatan
swadaya dari masyarakat. Sesampainya di parkiran kami melanjutkan perjalanan ke
mongkrong kembali mengandalkan GPS. Tarif parkir di Gereja Ayam adalah 2000
rupiah.
Perjalanan
menuju Punthuk Mongkrong sedikit lebih santai karena waktu masih menunjukan pukul 11.00. Menurut maps jarak dari Gereja
Ayam juga tidak terlalu jauh hanya sekitar 7 km. Kami mengikuti rute yang
ditujukan GPS yang kembali menuju jalan Badrawati di perempatan jalan Badrawati
kami belok ke kanan. Mengikuti jalan yang ditujukan GPS hingga akhirnya sampai
di tempat yang ditujukan GPS tetapi masih di tengah jalan dan belum sampai
tempat tujuan. Dan akhirnya kami kembali mengandalkan papan penunjuk jalan yang
lebih terpercaya. Jalan yang kami lalui seperti jalan-jalan pada kebanyakan
pegunungan yaitu menanjak dan berkelok-kelok. Hal ini sangat memacu adrenalin
karena kami sempat menemui ibu-ibu yang motornya tidak kuat di jalan menanjak,
padahal jalan tersebut belum yang paling menanjak di jalan yang kami lalui. Di
gang masuk menuju punthuk, kami sempat bertanya pada warga sekitar yang ternyata
telah terpasang penunjuk jalan yang lumayan besar di sebelah kami. Kami hanya
tersenyum menahan malu dengan melanjutkan perjalanan. Jalan masuk menuju Punthuk
Mongkrong berupa gang kecil menyerupai jalan setapak yang sudah dicor
menggunakan semen. Meskipun begitu jika berpapasan dengan sepeda motor lain
akan sangat susah untuk melewati jalan tersebut. Dari gapura masuk sampai di
parkiran jaraknya tidak terlalu jauh hanya sekitar 100 meter. Sesampai di
parkiran kami menuju loket masuk
dan
membayar tiket sebesar Rp
12.000
untuk kami berdua. Tiket per orang sebesar Rp 5.000 dan untuk parkir Rp 2.000. Setelah membayar
tiket kami berjalan melalui jalan setapak sembari menikmati alam yang terhampar
di sepanjang perjalanan. Jarak dari parkiran ke Punthuk Mongkrong sebenarnya
tidak terlalu jauh hanya sekitar 300 meter akan tetapi jalanan yang masih
berbatu dan berupa jalan perbukitan membuat jalan yang kami rasakan terasa
jauh. Sesampainya di Punthuk Mongkrong kami disuguhkan pemandangan yang luar
biasa. Terlihat Punthuk sukmojoyo, gunung Merapi dan Merbabu serta puncak
suroloyo. Cuaca yang cukup cerah membuat suhu terasa cukup panas selain juga
karena kami berada disana saat tengah hari. Disana terdapat beberapa panggung
yang berada di pohon, gazebo untuk berteduh dan juga jembatan tali yang
menghubungkan dua panggung pohon. Terdapat pula sebuah monumen batu yang
menunjukan bahwa nama tempat tersebut adalah mongkrong. Setelah cukup menikmati
keindahan alam di Punthuk Mongkrong kami memutuskan untuk pulang. Kami kembali
menyusuri jalan setapak yang kami lalui tadi. Dan saat di gang keluar menuju Gapura
kami sempat berpapasan dengan warga setempat yang menggunakan sepeda motor,
sehingga kami harus berhati-hati dan jangan lupa membunyikan klakson. Dalam
perjalanan pulang cuaca berubah menjadi hujan. Kami bersyukur karena hujan
turun dalam perjalanan kami pulang dan bukan saat di atas si tempat wisata
tadi. Puji Tuhan