Selasa, 26 Juli 2016

PUNTHUK MONGKRONG & GEREJA AYAM


Travelling berjalan selama sekitar sebulan, tetapi dalam seminggu hanya sekali travelling. Jadi selama sebulan, kami mengadakan travelling selama 4 kali. Tujuan travelling kami berada di 4 kabupaten. Dua  di antaranya di Jogja, satu di Magelang, dan  Temanggung. Awalnya kami merencanakan hanya berada di provinsi Jogjakarta dan Magelang saja, akan tetapi karena sudah sering dikunjungi akhirnya kami ganti kabupaten Gunung Kidul menjadi Temanggung. Alasan kami memilih Temanggung adalah selain lebih dekat dari Gunung Kidul,  juga karena saat ini gelombang ombak di pantai selatan sedang tinggi. Ada satu hal lagi yang menjadi alasan, yaitu karena neneknya Anggun tinggal di Temanggung jadi kami dapat bertanya jalan dan keadaannya. Travelling ini kami lakukan untuk mengisi liburan semester yang cukup panjang dan jika hanya di rumah saja itu hanya akan menimbulkan emosi yang luar biasa dan terasa sangat membosankan.
Pada hari Jumat 15 Juli 2016, kami merencanakan memulai kegiatan travelling kami. Kami memulai dari daerah kami sendiri, yaitu Magelang. Tujuan dari petualangan kami kali ini adalah Gereja Ayam dan Punthuk Mongkrong yang berada di kecamatan Borobudur. Setelah perencanaan yang matang, akhirnya kami berangkat dari rumah sekitar pukul 09.00. Ini sedikit molor karena rencana awal pukul 08.00 agar tidak terlalu panas saat sampai di lokasi. Perjalanan kami mulai dengan menggunakan sepeda motor. Karena lokasinya berada di sekitar Candi Borobudur maka kami tidak menggunakan GPS sampai Candi Borobudur karena sudah tau rute perjalannya. Kami mulai menggunakan GPS ketika sudah sampai di dekat Candi Borobudur ketika membeli minum sembari mencari lokasi melalui GPS. Travelling menggunakan GPS bukan hal baru bagi kami. Kami sering mengandalkan GPS dalam beberapa petualangan kami. Diantaranya ke Dieng, Kulon Progo, Gunung Kidul, dan daerah lainnya. Meskipun sering mengalami peristiwa yang kurang mengenakan dengan GPS, tetapi jika tidak menggunakannya mungkin juga lebih kesulitan. Setelah kami menyetting GPS, terdapat dua jalur piihan untuk sampai di Gereja Ayam. Rute yang disediakan adalah melalui jalan Badrawati dan jalan Medang Kamulan. Kemudian memilih rute melewati jalan Badrawati karena lebih dekat juga dengan Punthuk Mongkrong, maka kami segera melanjutkan perjalanan. Di pertigaan tepat depan candi Borobudur kami belok kekiri, dan melalui jalan Badrawati. Kami menyusuri jalan Badrawati sampai perempatan kedua kemudian belok kanan, dan menyusuri jalan tersebut sampai menemukan petunjuk jalan menuju punthuk setumbu. Sampai di pertigaan terakhir terdapat petunjuk jalan yang kurang jelas, seharusnya kami belok kanan dan sampai di parkiran motor tetapi kami belok ke kiri dan menuju jalur ke punthuk setumbu. Sebelumya kami juga masuk ke halaman rumah orang karena petunjuk jalan yang sangat tidak jelas. Karena kurang meyakinkan kami memutuskan untuk bertanya dan ternyata pertigaan tadi belok ke kanan dan sampai di parkiran. Sebenarnya jalur yang kami lalui bukanlah jalur utama, jalur ini mungkin dibuat karena jalur utama yang sudah ramai saat musim liburan. Sesampai di parkiran sempat tukang parkir menegur dengan candaan karena masuk di halaman rumah orang yang ternyata kelihatan dari parkiran tersebut. Kami semakin yakin jika ini bukan jalur utama karena di jalan yang kami lalui cenderung sepi dan hanya bertemu penduduk setempat. Kami melewati jembatan bambu yg cukup tinggi dan tidak sempat kami abadikan melalui foto. Di jembatan tersebut juga terdapat sebuah kotak yang digunakan untuk dana sukarela. Jalan yang kami lalui berupa tanah liat yang jika kehujanan maka akan sangat licin. Beruntung hari tersebut tidak turun hujan. Setelah berjalan sekitar  500 meter kami sampai di loket tiket masuk. Tarif untuk masuk ke Gereja Ayam adalah 10.000 rupiah. Setelah tiket masuk kami masih harus berjalan cenderung mendaki sejauh 100  meter. Terdapat juga angkutan berupa mobil jeep untuk naik dan turun jalan ini. Kami sempat berpikir ini bukan jalan yang dilalui rangga dalam AADC 2, karena tidak ada dalam filmnya. Sampai di Gereja Ayam juga kami tidak berpikir rangga dan cinta sempat kesini karena di filmnya juga tidak ada. Sebelum masuk kami sempat berfoto di depan Gereja Ayam, yang sebenarnya bukan gereja melainkan tempat doa. Dan sebenarnya bentuknya juga bukan ayam melainkan merpati. Untuk informasi lengkap bisa di search sendiri. Setelah berfoto kami masuk ke dalam bangunan tersebut. Hal pertama yang kami jumpai adalah Gereja Ayam ini sedang mengalami proses renovasi untuk ruang-ruang doa. Di jalan menuju puncak kami melalui beberapa tempat doa yang susunannya menyerupai labirin sehingga kami harus bertanya pada pekerja yang sedang bekerja. Setelah melalui labirin doa sampailah kami di ruang tengah yang menyerupai aula. Kemudian kami menaiki tangga untuk menuju ke tingkat paling atas yaitu di mahkota merpati. Sesampai di bagian mulut merpati kami harus menunggu untuk mengantri beberapa saat untuk naik ke bagian mahkota. Tangga menuju mahkota berupa tangga melingkar yang sangat sempit jadi harus berhati-hati agar kepala tidak terbentur. Sesampainya diatas kami terpukau dengan keindahan alam yang disajikan. Terlihat Candi Borobudur yang megah di kejauhan. Hamparan pepohonan di Bukit Menoreh yang mengelilingi kami. Serta terlihat punthuk setumbu yang konon salah tempat melihat golden sunrise di Indonesia. Meskipun cuaca sangat panas tapi kami cukup menikmati keindahan alam di sekitar Gereja Ayam. Hal yang membuat sedikit kehlangan mood adalah adanya pengunjung yang tidak mengantri saat ingin ke bagian mahkota sehingga di mahkota sempat berdesak-desakan. Setelah cukup puas di Gereja Ayam kami berencana melanjutkan perjalanan ke Punthuk Mongkrong. Kami kembali menyusuri jalan ke parkiran dan tidak lupa memberikan dana sukarela untuk jembatan swadaya dari masyarakat. Sesampainya di parkiran kami melanjutkan perjalanan ke mongkrong kembali mengandalkan GPS. Tarif parkir di Gereja Ayam adalah 2000 rupiah.
Perjalanan menuju Punthuk Mongkrong sedikit lebih santai karena waktu masih menunjukan pukul 11.00. Menurut maps jarak dari Gereja Ayam juga tidak terlalu jauh hanya sekitar 7 km. Kami mengikuti rute yang ditujukan GPS yang kembali menuju jalan Badrawati di perempatan jalan Badrawati kami belok ke kanan. Mengikuti jalan yang ditujukan GPS hingga akhirnya sampai di tempat yang ditujukan GPS tetapi masih di tengah jalan dan belum sampai tempat tujuan. Dan akhirnya kami kembali mengandalkan papan penunjuk jalan yang lebih terpercaya. Jalan yang kami lalui seperti jalan-jalan pada kebanyakan pegunungan yaitu menanjak dan berkelok-kelok. Hal ini sangat memacu adrenalin karena kami sempat menemui ibu-ibu yang motornya tidak kuat di jalan menanjak, padahal jalan tersebut belum yang paling menanjak di jalan yang kami lalui. Di gang masuk menuju punthuk, kami sempat bertanya pada warga sekitar yang ternyata telah terpasang penunjuk jalan yang lumayan besar di sebelah kami. Kami hanya tersenyum menahan malu dengan melanjutkan perjalanan. Jalan masuk menuju Punthuk Mongkrong berupa gang kecil menyerupai jalan setapak yang sudah dicor menggunakan semen. Meskipun begitu jika berpapasan dengan sepeda motor lain akan sangat susah untuk melewati jalan tersebut. Dari gapura masuk sampai di parkiran jaraknya tidak terlalu jauh hanya sekitar 100 meter. Sesampai di parkiran kami menuju loket masuk dan membayar tiket sebesar Rp 12.000 untuk kami berdua. Tiket per orang sebesar Rp 5.000 dan untuk parkir Rp 2.000. Setelah membayar tiket kami berjalan melalui jalan setapak sembari menikmati alam yang terhampar di sepanjang perjalanan. Jarak dari parkiran ke Punthuk Mongkrong sebenarnya tidak terlalu jauh hanya sekitar 300 meter akan tetapi jalanan yang masih berbatu dan berupa jalan perbukitan membuat jalan yang kami rasakan terasa jauh. Sesampainya di Punthuk Mongkrong kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Terlihat Punthuk sukmojoyo, gunung Merapi dan Merbabu serta puncak suroloyo. Cuaca yang cukup cerah membuat suhu terasa cukup panas selain juga karena kami berada disana saat tengah hari. Disana terdapat beberapa panggung yang berada di pohon, gazebo untuk berteduh dan juga jembatan tali yang menghubungkan dua panggung pohon. Terdapat pula sebuah monumen batu yang menunjukan bahwa nama tempat tersebut adalah mongkrong. Setelah cukup menikmati keindahan alam di Punthuk Mongkrong kami memutuskan untuk pulang. Kami kembali menyusuri jalan setapak yang kami lalui tadi. Dan saat di gang keluar menuju Gapura kami sempat berpapasan dengan warga setempat yang menggunakan sepeda motor, sehingga kami harus berhati-hati dan jangan lupa membunyikan klakson. Dalam perjalanan pulang cuaca berubah menjadi hujan. Kami bersyukur karena hujan turun dalam perjalanan kami pulang dan bukan saat di atas si tempat wisata tadi. Puji Tuhan
Foto diambil di mahkota.



Gereja Ayam tampak dari samping. 

Menara bambu salah satu spot foto terbaik di Punthuk Mongkrong. 

Batu Punthuk Mongkrong.

Peraturan yang harus ditaati saat berada di Punthuk Mongkrong.